Basis Data Terpusat: Jantung Digital Indonesia yang Terancam
Oleh : Indra Yatini Buryadi, S.Kom., M.Kom.
Penulis dan Dosen Prodi : Informatika Universitas Teknologi Digital Indonesia
Bidang Penelitian dan Keminatan : Algoritma dan Kriptografi
Tahun 2025 ini, basis data terpusat benar-benar jadi penopang utama teknologi di Indonesia. Bayangkan, pedagang daring dari Sabang sampai Merauke, termasuk yang jualan batik di Malioboro Jogja, sekarang bisa mengelola pesanan mereka dengan lebih gampang karena ada sistem canggih ini. Di Jogja, misalnya, ada JogjaKita, ojek daring lokal yang bantu warga beraktifitas sehari-hari, juga ikut menggunakan teknologi yang sama. Pemerintah kita pun tak main-main, sdengan diresmikannya PDN di Cikarang dan Batam, yang sekarang jadi tulang punggung layanan publik agar lebih baik. Namun, cerita kelam kebocoran data PDN Sementara pada Juni 2024 gara-gara ransomware itu masih nyanyi di kepala, membuat kita was-was akan ancaman siber yang tak pernah tidur.
Berbicara soal harapan, basis data terpusat ini punya cerita besar untuk Indonesia. Teknologi cloud membuat usaha kecil kayak pengrajin di Pasar Beringharjo Jogja bisa catat barang dagangan mereka dengan rapi, sampai-sampai mereka berani lawan pasar digital yang galak itu. Bukan cuma di situ, layanan daring nasional, entah itu belanja online atau panggil ojek, juga hidup karena sistem ini. Kominfo bilang pasar cloud kita bakal tembus Rp 60 triliun di 2029, angka yang membuat mata terbelalak. Jogja, yang terkenal dengan kultur dan budayanya, jadi bukti kalau teknologi dantradisi bisa berjalan bersam, asal kita pintar “bernyanyi” dengan irama yang sama.
Tapi ya, dunia digital ini tak selalu indah. Kebocoran data PDN tahun 2024 itu, yang sampai membuat layanan imigrasi kacau balau, membuat kita sadar betapa gampangnya sistem ini jebol kalau tak dijaga benar. Tebusan Rp 131 miliar diminta penjahat siber waktu itu, dan itu jadi tamparan keras buat kita semua. Warga di mana-mana, termasuk yang menggunakan layanan daring, ikut deg-degan kalau-kalau data pribadi mereka jatuh ke tangan yang salah. UU Perlindungan Data Pribadi yang mulai ketat di 2025 memang membuat lega sedikit. Namun, coba lihat, tenaga ahli siber kita cuma 10% dari 100 ribu yang dibutuhkan, ditambah urusan tata kelola yang masih kurang tertata apik, jelas membuat langkah kita tersendat. Keamanan data sekarang jadi nyawa kepercayaan kita ke teknologi.
Masyarakat Indonesia harus melek digital sekarang juga. Pedagang pasar, yang suka pesan ojek online, sampai anak sekolah, semua harus tahu cara menjaga data mereka supaya tak cuma jadi pengikut dan menutup mata terhadap apa yan terjadi di dunia digital ini. Di Jogja, UMKM sudah hebat, transaksi daring mereka tembus 65% dari perdagangan lokal di 2023, merujuk informasi dari Dinas Koperasi dan UKM DIY, dan pasti akan tambah besar di 2025. Basis data terpusat, merupakan harta karun untuk Indonesia Emas 2045. Kalau tidak dijaga ketat, ya habis sudah. Pemerintah, kampus, dan perusahaan teknologi harus duduk bareng membuat sistem yang kuat dan adil. Anak muda juga harus ikut serta, dan pendidikan teknologi jadi kunci masuknya. Di tengah semua ini, Universitas Teknologi Digital Indonesia (UTDI) memberikan ruang buat kita belajar, membuat solusi digital yang cerdas dan punya hati buat negeri.