Terbitan

TEKNOLOGI DIGITAL: SOLUSI DI TENGAH KRISIS KETENAGAKERJAAN

  • Penerbit KEDAULATAN RAKYAT
  • Tanggal Terbitan 21-02-2025
TEKNOLOGI DIGITAL: SOLUSI DI TENGAH KRISIS KETENAGAKERJAAN

TEKNOLOGI DIGITAL: SOLUSI DI TENGAH KRISIS KETENAGAKERJAAN

Oleh : Edy Prayitno, S.Kom., S.E., M.Eng.
Dosen Prodi : Sistem Informasi Akuntansi Universitas Teknologi Digital Indonesia
Bidang Keminatan Penulis : Sistem Informasi, E-Commerce

Belakangan ini, kondisi ketenagakerjaan di Indonesia menghadapi tantangan besar. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin sering terjadi, dengan banyak perusahaan yang terpaksa merampingkan jumlah tenaga kerja mereka. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada 5 November 2024 menunjukkan tingkat pengangguran per Agustus 2024 berada di angka 4,91%, dan terus bertambah seiring peningkatan jumlah tenaga kerja yang terdampak PHK. Industri manufaktur dan tekstil menjadi sektor yang paling terpukul, dengan ribuan pekerja kehilangan pekerjaan akibat tekanan ekonomi global dan kebijakan impor yang longgar.

Salah satu faktor utama penyebab situasi ini adalah pergeseran struktur ekonomi. Sektor manufaktur yang selama ini menjadi tulang punggung penciptaan lapangan kerja mulai tergerus oleh tren otomatisasi dan ketergantungan pada produk impor. Di sisi lain, investasi yang lebih besar dialihkan ke sektor berbasis komoditas, yang sayangnya tidak banyak menyerap tenaga kerja seperti halnya manufaktur.

Namun, di tengah tantangan ini, teknologi digital membuka peluang baru bagi mereka yang terdampak. Digitalisasi bukan hanya sekadar tren, tetapi juga solusi nyata yang dapat membantu masyarakat bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi. Dengan berkembangnya platform e-commerce, ekonomi gig, kecerdasan buatan (AI), dan pekerjaan berbasis digital, banyak individu kini dapat menciptakan sumber penghasilan baru tanpa harus bergantung pada pekerjaan konvensional.

Berbagai platform seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada telah memudahkan masyarakat untuk memulai bisnis online dengan modal kecil. Data dari Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menunjukkan bahwa transaksi e-commerce di Indonesia mencapai Rp476,3 triliun pada 2023, meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Ini membuktikan bahwa potensi bisnis digital semakin terbuka luas.

Selain itu, gig economy juga berkembang pesat dengan kehadiran platform seperti Upwork, Fiverr, dan Sribulancer, yang memungkinkan para pekerja lepas menawarkan jasa mereka ke pasar global. Profesi seperti desain grafis, penulisan konten, hingga pengembangan perangkat lunak kini tidak lagi terbatas oleh lokasi geografis. Bahkan, perusahaan internasional kini lebih terbuka terhadap tenaga kerja remote dari Indonesia, memberikan kesempatan bagi para profesional untuk bersaing di tingkat global.

Peran kecerdasan buatan (AI) dalam ekonomi digital juga semakin signifikan. AI memungkinkan otomatisasi tugas-tugas tertentu, mulai dari analisis data hingga pembuatan konten digital. Dengan platform seperti ChatGPT, Midjourney, dan DALL-E, banyak individu kini bisa memanfaatkan AI untuk meningkatkan produktivitas, menciptakan karya inovatif, dan bahkan menghasilkan pendapatan dari jasa yang berbasis AI. Dengan kemajuan AI, pekerja yang memiliki keterampilan dalam pengelolaan dan pengembangan teknologi ini akan semakin dibutuhkan di pasar tenaga kerja.

Namun, untuk benar-benar memanfaatkan peluang ini, masyarakat perlu meningkatkan literasi digital dan keterampilan berbasis teknologi. Di sinilah pentingnya peran institusi pendidikan dalam mencetak tenaga kerja yang siap menghadapi transformasi digital. Universitas Teknologi Digital Indonesia hadir sebagai solusi bagi mereka yang ingin mengembangkan diri di bidang teknologi digital dan bisnis digital. Dengan program studi yang berorientasi pada masa depan, universitas ini membekali mahasiswa dengan keterampilan yang relevan, mulai dari analisis data, kecerdasan buatan, hingga strategi bisnis berbasis digital.

Di tengah ketidakpastian ekonomi, satu hal yang pasti: mereka yang mampu beradaptasi dengan teknologi akan memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dan berkembang. Maka, kini saatnya kita memanfaatkan teknologi digital sebagai batu loncatan menuju masa depan yang lebih cerah.