Terbitan

AI dan Kesehatan Mental, Menemukannya Keseimbangan di Era Digital

  • Penerbit KEDAULATAN RAKYAT
  • Tanggal Terbitan 07-02-2025
AI dan Kesehatan Mental, Menemukannya Keseimbangan di Era Digital

AI dan Kesehatan Mental, Menemukannya Keseimbangan di Era Digital

Oleh : Rikie Kartadie, S.T., M.Kom.
Dosen Prodi : Teknik Komputer Universitas Teknologi Digital Indonesia
Bidang Penelitian dan Keminatan : Jaringan Komputer, Software Defined Network

Kecerdasan buatan (AI) kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, mengubah cara belajar, berinteraksi, dan menjalani aktivitas sehari-hari. Teknologi ini menawarkan manfaat besar, seperti pembelajaran yang lebih personal melalui tutor virtual dan platform online. Meski demikian, tantangan terkait dampaknya terhadap kesehatan mental, khususnya di kalangan generasi muda, tidak bisa diabaikan.

Kemudahan belajar dengan AI sering kali diiringi tuntutan untuk terus mencapai target secara mandiri. Ketidakhadiran guru sebagai pendamping langsung dapat membuat remaja merasa kesepian dan tertekan, terutama saat mereka menghadapi tantangan akademik tanpa dukungan emosional yang memadai. Tuntutan akademik ini kerap diperburuk oleh kurangnya waktu istirahat dan ketidakseimbangan antara kegiatan belajar dan aktivitas sosial, sehingga remaja rentan terhadap stres yang berkepanjangan.

Di sisi lain, media sosial yang diperkuat oleh algoritma AI juga menjadi pemicu tekanan psikologis. Konten yang memancing perbandingan sosial membuat banyak remaja merasa harus hidup sesuai standar "sempurna" yang terlihat di layar. Akibatnya, perasaan rendah diri, kecemasan, hingga depresi menjadi masalah yang semakin sering ditemukan. Selain itu, penggunaan layar yang berlebihan berkontribusi pada gangguan tidur, kurangnya aktivitas fisik, dan isolasi sosial, yang semakin memperburuk kesehatan fisik dan mental. Interaksi langsung dengan keluarga dan teman sering tergantikan oleh percakapan virtual, yang meskipun praktis, tidak dapat sepenuhnya menggantikan koneksi emosional yang nyata.

Namun demikian, AI juga dapat menjadi alat yang mendukung solusi. Aplikasi kesehatan mental berbasis AI, misalnya, mampu membantu individu mengelola stres, mengurangi kecemasan, dan bahkan mendeteksi tanda awal masalah mental. Dengan begitu, intervensi bisa dilakukan lebih cepat untuk mencegah dampak yang lebih serius. Teknologi ini juga menawarkan personalisasi layanan yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setiap individu, memberikan rasa nyaman dan aman bagi pengguna yang mungkin enggan mencari bantuan secara langsung.

Kunci untuk menghadapi tantangan ini adalah keseimbangan. Literasi digital harus diajarkan sejak dini agar generasi muda bisa menggunakan teknologi dengan bijak. Selain itu, penting untuk membangun komunitas yang mendukung, baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Langkah konkret lainnya termasuk membatasi waktu penggunaan gadget, mendorong aktivitas non-digital, serta mencari bantuan profesional seperti konselor atau psikolog ketika diperlukan. Aktivitas yang melibatkan alam, seperti olahraga atau berkemah, juga bisa menjadi alternatif yang menyehatkan untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi.

Dampak AI terhadap kesehatan mental adalah isu yang memerlukan perhatian bersama. Orang tua, pendidik, pembuat kebijakan, dan industri teknologi harus berkolaborasi agar teknologi menjadi alat yang mendukung kesejahteraan, bukan mengancamnya. Dengan sinergi yang tepat, kita dapat membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga sehat secara emosional, sehingga siap menghadapi tantangan dunia modern. Penting pula untuk menciptakan ruang dialog yang terbuka, di mana individu dapat membagikan pengalaman dan kekhawatiran mereka tanpa rasa takut akan stigma.

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Universitas Teknologi Digital Indonesia (UTDI) berkomitmen mencetak lulusan yang tidak hanya unggul di bidang teknologi, tetapi juga memahami dampaknya terhadap manusia. UTDI mengintegrasikan isu kesehatan mental ke dalam kurikulum, memastikan mahasiswa tidak hanya belajar teknologi, tetapi juga cara menggunakannya secara bijak dan bertanggung jawab. Bergabunglah dengan UTDI dan jadilah bagian dari solusi dalam menghadapi tantangan kesehatan mental di era digital.