Terbitan

Perubahan Perilaku Belajar Siswa di Era TikTok: Tantangan dan Peluang

  • Penerbit KEDAULATAN RAKYAT
  • Tanggal Terbitan 27-12-2024
Perubahan Perilaku Belajar Siswa di Era TikTok: Tantangan dan Peluang

Perubahan Perilaku Belajar Siswa di Era TikTok: Tantangan dan Peluang

Oleh: Agnes Nora Eko Wahyu Utami, S.Pd., M.A.
Dosen Prodi : Sistem Informasi Universitas Teknologi Digital Indonesia
Bidang Keminatan: Pendidikan, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan & Teknologi, dan Humaniora

Suatu petang terdengar percakapan seru remaja putri saya bersama teman-temannya. Saya sangat penasaran karena terdengar menarik. Ternyata mereka sedang membicarakan tentang beberapa tempat bersejarah sampai kejadian bersejarah G30S/PKI di Indonesia. Terdorong oleh rasa penasaran, saya lalu bertanya, “Dari mana kalian tahu semua itu?” artikel atau buku apa yang kalian baca?” Lalu putri saya menjawab, “Buku? Artikel? Enggaaa! Kami tahu dari TikTok kok.” Fenomena ini mencerminkan bagaimana platform media sosial, khususnya TikTok, telah mengubah generasi muda dalam mencari dan menyerap informasi.

TikTok, dengan video pendeknya yang menarik dan to the point, telah menjadi search engine baru bagi banyak orang, khususnya bagi generasi muda sekarang. Gen Z kini semakin sering menggunakan media sosial seperti TikTok untuk mencari informasi dibandingkan dengan menggunakan Google atau membaca buku. Tren ini juga terlihat di Indonesia, di mana TikTok menjadi salah satu aplikasi yang paling populer di kalangan generasi muda.

Dari Buku ke Scroll dan Perubahan Pola Pikir

Perubahan kebiasaan belajar ini membawa tantangan besar bagi dunia pendidikan. Sebagai pendidik, saya sering mendapati banyak siswa lebih akrab dengan istilah-istilah yang viral di TikTok daripada konsep-konsep mendalam dari teks buku atau jurnal. Hal ini tidak selalu sepenuhnya buruk, karena TikTok memberikan akses informasi yang cepat dalam format yang menarik. Namun sayangnya informasi yang disajikan sering kali bersifat permukaan, tidak memiliki kedalaman, atau bahkan kurang valid.

Perubahan ini juga mempengaruhi pola pikir generasi muda sekarang. Banyak dari mereka terbiasa dengan kebiasaan belajar yang serba cepat atau instan, ingin langsung mendapatkan jawaban tanpa melalui proses analisis mendalam. Dampak lainnya adalah berkurangnya attention span, bahwa rata-rata rentang perhatian generasi muda kini menurun menjadi hanya beberapa detik saja.

Perubahan perilaku belajar dan pola pikir generasi muda memang menghadirkan tantangan, tetapi sekaligus membuka berbagai peluang yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan.

Pemanfaatan Sosial Media untuk Menarik Minat Belajar

Platform seperti TikTok dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang efektif. Salah satu contohnya adalah pembuatan konten edukatif dalam format singkat, seperti menjelaskan teori, istilah, atau konsep dalam 60 detik. Video ini dapat berfungsi sebagai “pancingan” untuk diskusi yang lebih mendalam di kelas. Video pendek berbasis teknologi dapat meningkatkan keterlibatan siswa, terutama di kalangan generasi digital natives.

Namun demikian, konten ini perlu diimbangi dengan tugas berbasis pemahaman yang lebih mendalam, seperti menulis esai, menganalisis artikel ilmiah, atau membuat proyek kolaboratif. Dengan demikian, siswa tidak hanya sekedar mengonsumsi informasi tetapi juga belajar berpikir kritis dan menganalisis konteks secara mendalam.

Peningkatan Literasi Digital

Literasi digital merupakan keterampilan mendasar di era modern. Siswa perlu dilatih untuk mengevaluasi kredibilitas informasi di media sosial, termasuk TikTok. Hal ini melibatkan kemampuan untuk memeriksa sumber asli dari informasi, menganalisis apakah konten tersebut berdasarkan fakta atau hanya opini, dan mengidentifikasi bias atau misinformasi yang tersembunyi. Literasi digital ini juga dapat dimasukkan ke dalam kurikulum sebagai bagian dari pembelajaran wajib atau program pelatihan khusus.

Penyelarasan Sosial Media dengan Kurikulum

Integrasi media sosial ke dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui proyek-proyek inovatif. Misalnya, tugas membuat video edukasi di TikTok tentang topik yang sedang dipelajari, seperti pengertian suatu konsep atau ulasan singkat tentang teori tertentu. Hal ini tidak hanya mengasah kemampuan dalam menyampaikan informasi tetapi juga mendorong untuk memahami materi secara mendalam sebelum menyajikannya kepada orang lain.

Membangun Budaya Membaca dengan Strategi Digital

Meskipun TikTok memberikan akses informasi dengan cepat, kebiasaan membaca tetap memiliki keunggulan yang tidak tergantikan. Membaca teks panjang, diyakini membantu meningkatkan pemahaman, daya ingat, dan kemampuan berpikir kritis.

Meningkatkan minat baca siswa di era digital dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi dan platform yang sesuai dengan kehidupan mereka. Strategi efektif meliputi penyediaan akses e-book gratis, buku interaktif, serta gamifikasi membaca melalui aplikasi digital. Klub buku online dan kompetisi literasi di media sosial seperti TikTok atau Instagram juga mampu mendorong siswa untuk berbagi pengalaman membaca secara kreatif. Selain itu, integrasi pustaka digital kolaboratif dan proyek berbasis teknologi seperti podcast ulasan buku dapat meningkatkan keterlibatan siswa. Menghubungkan bacaan dengan tren terkini, memanfaatkan augmented reality, serta melibatkan orang tua dalam program literasi keluarga juga semakin memperkuat dampaknya. Di sisi lain, pemanfaatan AI dan teknologi seperti text-to-speech menjadikan kegiatan membaca lebih inklusif dan menarik.

Media sosial seperti TikTok telah membawa perubahan signifikan pada kebiasaan belajar generasi muda. Namun demikian, pendidikan tetap harus mempertahankan fondasi penting seperti membaca dan berpikir kritis. Integrasi teknologi perlu dilakukan secara seimbang, dengan memanfaatkan kekuatan media sosial untuk menarik minat belajar sambil mendorong pendalaman ilmu melalui metode pembelajaran tradisional. Sebagai pendidik, kita memiliki tanggung jawab untuk menjembatani generasi muda dengan dunia akademik, memastikan mereka tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga berkembang sebagai pemikir yang kritis dan kreatif.

Beradaptasi dengan perubahan adalah kunci untuk mencetak generasi yang cerdas dan tangguh di era digital. Universitas Teknologi Digital Indonesia (UTDI) hadir untuk mendukung generasi muda mengembangkan potensi mereka melalui kurikulum yang relevan dan berbasis teknologi. Dengan pendekatan yang seimbang antara pembelajaran konvensional dan inovasi digital, UTDI mempersiapkan lulusan untuk menghadapi tantangan global dengan percaya diri. Bergabunglah dengan Universitas Teknologi Digital Indonesia untuk meraih masa depan yang lebih baik!