Pendidikan di Era AI: Menjaga Nilai Kemanusiaan di Tengah Perubahan Teknologi
Oleh: Siska Lidya Revianti, S.Pd., M.Hum.
Dosen Prodi : Informatika Universitas Teknologi DIgital Indonesia
Bidang Penelitian dan Keminatan : Pendidikan, Pendidikan Bahasa Inggris (TEFL & TESOL), Teknologi Pendidikan dan Humaniora
Pembicaraan melalui WhatsApp dengan seorang rekan dosen siang itu benar-benar mengusik hati dan pikiran saya. “AI emang GILAAKK…kuminta dia buat lagu lalu menyanyi dengan tema penelitian kita, dia BISA dan BAGUS!” begitu isi pesannya. Tak lama, dia mengirimkan video lagu berbahasa Inggris bertemakan tokoh wanita ksatria, “Dewi Rengganis.” Saat memutar video tersebut, saya terhenyak. “Wow… It’s jaw-dropping. Emang bener, ini keren sekali,” balas saya. Namun, pertanyaan lanjutannya membuat saya terdiam, “Lalu kita besok akan kebagian apa nih?” Pertanyaan itu sederhana tapi sarat makna. Saya bisa memahami rasa kekawatiran dari rekan saya. Berbagai jenis pekerjaan akan semakin banyak digantikan oleh mesin dan automatisasi dengan hasil fantastis. Ketergantungan pada teknologi memengaruhi cara manusia memecahkan masalah. Lalu apakah generasi mendatang akan tetap mampu beradaptasi dan siap dengan perubahan zaman, atau justru semakin tertinggal di tengah derasnya arus teknologi?
Tantangan Pendidikan di Era AI
Kehadiran Artificial Intelligence (AI) yang terus berkembang bagaikan gelombang tsunami yang tidak dapat dibendung. Di kehidupan yang serba cepat, AI telah menciptakan efek candu bagi banyak orang karena memberikan kemudahan yang luar biasa. Namun, di balik kemajuan teknologi AI ini, muncul tantangan besar yang harus kita hadapi, terutama dalam dunia pendidikan.
Di era AI, pendidik bukan lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu. Pendidik menghadapi tantangan dalam membimbing siswa untuk tetap kritis dan kreatif di tengah banjirnya informasi yang bisa didapatkan secara instan. Dampaknya adalah penurunan kemampuan literasi siswa yang akhirnya juga mengikis kemampuan critical thinking dalam membuat keputusan. Selain itu, pendidik juga harus mampu beradaptasi dan meningkatkan ketrampilan mengajar dengan mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran untuk menjaga minat belajar siswa.
Human-Focused Skills dan System Thinking: Kunci Masa Depan
Pergeseran paradigma pendidikan di era Society 5.0 berfokus pada penggunaan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan menekankan nilai-nilai kemanusiaan. Prof. Stella Christie (Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi) menekankan pentingnya pendidikan yang menggabungkan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan (human-focused skills) seperti keterampilan berpikir holistik dan berpikir kritis, mengembangkan karakter, empati, kreativitas, komunikatif dan kemampuan berpikir sistem (system thinking) untuk generasi mendatang agar mampu menghadapi tantangan jaman. Siswa akan mampu memahami kebutuhan manusia di sekitarnya lalu menciptakan solusi dan inovasi baru yang berdampak positif, dengan melihat keterkaitan antara sistem—lingkungan, sosial, dan ekonomi—sehingga setiap keputusan memperhitungkan dampak jangka panjangnya.
Optimisme Pendidikan di Era AI: Implementasi Kurikulum OBE
Kurikulum Pendidikan Tinggi berbasis Outcome-Based Education (OBE) mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan dengan menekankan keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Mata kuliah seperti Soft Skills Development, Leadership, Interdisciplinary Courses dan Capstone Projects mengajarkan mahasiswa untuk mampu berpikir sistemik, kreatif, serta melatih kemampuan interpersonal, berempati dan kolaborasi. Metode pembelajaran seperti problem-based learning, project-based learning, studi kasus, dan magang membekali mahasiswa dengan keterampilan teknis yang relevan untuk dunia profesional dan masyarakat.
Universitas Teknologi Digital Indonesia (UTDI) menjadi contoh nyata penerapan kurikulum OBE. UTDI mengembangkan kurikulum berbasis teknologi dan kebutuhan industri yang berorientasi pada Internet of Things (IoT), Big Data, dan Artificial Intelligence (AI). Sinergi antara perguruan tinggi, industri, dan masyarakat merupakan langkah konkret untuk menciptakan generasi yang unggul dalam menghadapi dunia yang terus berkembang, sesuai dengan visi UTDI untuk menciptakan ahli digital yang berwawasan global, dan berintegritas.
Kemajuan teknologi AI tidak perlu ditakuti karena banyak peluang baru yang semakin terbuka di masa depan. Dengan pelaksanaan kurikulum OBE di tingkat pendidikan tinggi, Indonesia akan mempunyai SDM unggul yang terampil dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Prinsip growth mindset dapat berkembang melalui pembelajaran berkelanjutan (lifelong learning) yang tidak terbatas pada usia, tempat atau tahapan tertentu baik melalui jalur pendidikan formal maupun non-formal. Dengan SDM terlatih, kejayaan Indonesia Emas di 2045 dapat terwujud, di mana teknologi sebagai alat untuk memberdayakan manusia, bukan menggantikan eksistensi manusia.